Sebelum
reformasi 1998 telah ada kelompok-kelompok diskusi di beberapa perusahaan di wilayah Jakarta,
Bogor dan Bekasi yang didampingi oleh LPBH-FAS (Lembaga Penyadaran dan Bantuan
Hukum Forum Adil Sejahtera). Kelompok diskusi ini cukup aktif sebagai wadah
buruh di perusahaan yang bersangkutan untuk bertukar pikiran dan mempelajari
hal-hal perburuhan lainnya. Setelah reformasi, dengan berakhirnya monopoli
SPSI, beberapa buruh dari kelompok-kelompok diskusi yang ada mendesak agar
organisasi mereka yang selama ini merupakan organisasi tidak formal di arahkan
menuju bentuk organisasi formal Serikat Buruh tingkat perusahaan. Ketiga
wilayah itu sepakat untuk memakai nama Serikat
Buruh Mandiri dengan menyisipkan jenis sektornya di dalam nama tersebut.
Serikat
buruh yang pertama dibentuk adalah Serikat Buruh Garmen Mandiri (SBGM) PT.
Billion Kniting Factory. Setelah itu secara bertahap buruh-buruh dari kelompok
diskusi tersebut melakukan hal serupa dengan membentuk Serikat Buruh
Mandiri di perusahaan masing-masing.
Hingga tahun 2000 telah terbentuk 10 (sepuluh) Serikat Buruh Mandiri terdiri
atas 5 SBM disektor Garmen, 3 SBM disektor jasa, 1 SBM disektor Logam, dan 1
SBM disektor makanan. Kesepuluh SBM itu adalah :
1. SBGM-PT. Billion Kniting
Factory
2. SBGM-PT. Arota Mas Tekstile
Industries
3. SBGM-PT. Sangra Ratu Gemilang
4. SBGM-PT. Simran Jaya
5. SBGM-PT. Biginusindo Permai
6. SBJM-PT. Bina Bangun Sejati
7. SBJM-PT. Sangra Ratu Indonesia
8. SBJM-PT. Queen Taxi
9. SBLM-PT. Indo Citra Baruna
Makmur
10. SBMM-PT. Jevisavin Kurnia Food
Kesepuluh SBM
tersebut tetap saling berhubungan satu sama lain, sehingga akhirnya muncul
gagasan untuk membentuk satu organisasi payung yang berbentuk Federasi. Ide ini
munccul karena SBM merasa dirinya hanya berkutat ditingkat perusahaan, sehingga
dalam beberapa hal perburuhan lainnya diluar jangkauan mereka, hal tersebut
hanya dapat dilakukan melalui federasi. Ide tersebut lahir dalam sebuah acara
Diklat Serikat Buruh di Cipanas pada tanggal 24 Oktober 1999 yang diselenggarakan
oleh LPBH-FAS yang dihadiri oleh para pengurus 10 SBM sebagai pesertanya.
Kemudian dibentuk sebuah tim yang
berasal dari 10 SBM dan LPBH-FAS diberi nama Tim Sebelas, yang anggotanya
antara lain : Aam Armilah, Nining Elitos, Widodo, Engkos Kosasih, Ahmad Zen,
Amran Simanjuntak, Musriyanto, Yustinus, Oyi Bukhori, Baharudin, Amor
Tampubolon, Sattu Pali, Tumpal Sihite, Pelikson Silitonga, Pardomuan Simanjuntak,
dan Nikson Gans Lalu. Selanjutnya Tim Sebelas bertugas menyiapkan segala
sesuatu yang diperlukan guna terwujudnya federasi, diantaranya : Draft Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Draft Struktur dan uraian tugas pengurus, Draft
pokok-pokok program kerja, serta mempersiapkan pelaksanaan Kongres 1. Hasil
kerja Tim Sebelas terwujud dengan terselenggaranya Kongres 1 GSBM pada tanggal
5-7 Mei 2000 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar